Review Seven Requests by Amira Budi Mutiara
Penulis : Amira Budi Mutiara
Penyunting : Hutami Suryaningtyas
Ilustrasi isi dan sampul : Gloria Grace Tanama
Ilustrasi isi dan sampul : Gloria Grace Tanama
Penerbit : Bentang Belia
ISBN : 978-602-9397-49-9
Cetak I : September 2012
Halaman : 184 Halaman (vi + 174 Halaman)
Febrina Adista atau biasa disapa Erin adalah gadis yang berasal dari keluarga kecil dengan ayah yang memilih untuk meninggalkan keluarganya demi menikah lagi dengan wanita lain. Dan setelah itu, ibunya harus mati-matian membesarkan dirinya dan Gelar, adiknya, dengan berdagang baju kecil-kecilan demi menyambung hidup. Sungguh sebuah situasi yang sulit untuk seorang remaja SMA seperti Erin. Untunglah ada Luthfan Febrio atau biasa dipanggil Luthfan.
Sebuah tragedi kecebur sungailah yang mempersatukan mereka berdua. Dulu, dulu sekali waktu mereka masih kecil, Luthfan pernah hampir tenggelam di sungai akibat dorongan dari teman bermainnya yang iseng. Erin yang tidak sengaja melewati sungai itu mau tidak mau harus mencari bantuan demi menyelamatkan nyawa Luthfan. Dan sejak saat itulah keduanya bersahabat.
Namun ketenangan dalam hidup Erin kembali terusik semenjak Ayahnya kembali kembali ke rumah dan mulai membuat onar. Erin sering kali mendapat perlakuan kasar dari ayahnya. Namun lagi-lagi karena Luthfan lah dia bertahan.
Waktu membaca kisah mereka, saya jadi teringat sebuah kalimat yang diucapkan Shahrukh Khan di film Kuch Kuch Hota Hai waktu dia ditanya apa makna cinta menurut pendapatnya. Dan dia menjawab bahwa "cinta adalah persahabatan". Dan kisah Erin dan Luthfan pun sama seperti kalimat itu. Kebersamaan yang mereka jalani selama bertahun-tahun membuat Luthfan dan Erin saling membentuk ikatan tak kasat mata dalam hati mereka masing-masing. Bahkan Luthfan sampai tahu kemana Erin akan kabur dari rumahnya ketika dia merasa jenuh dengan pertengkaran kedua orangtuanya.
Dan pada momen kabur itulah percakapan ini berlangsung:
"Kuberi kau tujuh permintaan, asalkan tidak melewati batas kemampuan."
"Serius, nih?"
Luthfan mengangguk, wajahnya tidak kelihatan sedang bermain-main.
"Kok tujuh? Biasanya jin mana aja juga cuma ngasih tiga."
"Kenapa, ya? Anggep aja gue jin murah hati, beda dari jin lainnya. Lagian, kan, tujuh tuh, angka kesukaan lo."
"Top, deh, kalau semua jin kayak lo," Erin nyengir. "Oke, langsung aja boleh, ya? Permintaan pertama gue, tolong bilangin ke Bunda dan Papa kalau gue nggak bakalan pulang untuk seeeelama-lama-lamanyaaa... Kecuali kalau keadaan rumah udah damai, aman, tenteram, sentosa, jaya, abadi, subur, dan makmur!"
Luthfan langsung memberengut. "Heeeh! Di luar batas, tuh!"
Erin ketawa. "Becanda!" (hlm. 22)
Sejak saat itu secara berangsur, satu per satu permintaan dilontarkan Erin kepada Luthfan. Dan seperti remaja pada umumnya --yang terjebak pada kisah cinta yang tumbuh di antara persahabatan-- keduanya saling merasa cemburu, namun mereka dihantui status "hanya sahabat" yang membuat mereka sadar diri.
Banyak konflik yang terjadi di sekolah. Hingga sebuah kecelakaan merenggut nyawa Luthfan dan semua rahasia yang ditinggalkan Luthfan pun terungkap. Pasti rasanya nyesel banget deh kalau saya jadi Erin. Huh. Bikin nyesek ni buku.
Memang tidak semua takdir berakhir menyenangkan, seperti kisah di buku ini. Tapi tetap saja rasanya Luthfan yang merupakan penjelmaan Rangga AADC, yang pintar, yang kutu buku, yang tidak punya banyak teman, meninggal dengan begitu mudahnya. Itu yang bikin saya kurang sreg. Dan lagi rentang waktu antara kejadian satu dan lainnya rasanya terlalu jauh. Bahkan sampai ada yang tahun 2025. Seandainya masalah yang timbul lebih dieksplor lagi, pasti tidak membuat masalah-masalah yang ada seperti terlewati dengan mudah dan menjadi kurang berkesan.
Tapi kisah Erin sudah berhasil menunjukkan bahwa sekeras apa pun kehidupan, harus kita jalani dan kita harus yakin waktu akan mampu mengubah segalanya. Pembatasnya bagus, lucu, tapi origami burung sepertinya tidak ada hubungannya dengan cerita. Namun kutipan yang ada di buku ini banyak sekali yang bikin jleb.
- Dia bilang, hidup itu nggak boleh cengeng. Hidup itu harus mandiri. Hidup itu harus mengutamakan memberi manfaat kepada orang lain dan bukan sebaliknya. Life is struggle ! Dan walau hidup itu hanya sementara, tetaplah berusaha untuk memenanginya. Memenangi permainan hidup dan segala cobaannya. (hlm. 6)
- ".... bahagia itu bergantung seberapa banyak lo bersyukur." (hlm. 19)
- "Sesukses-suksesnya atau sekaya-kayanya seseorang, kalau dia nggak pernah merasa puas atau bersyukur, dia pun nggak akan pernah merasa bener-bener bahagia." (hlm. 19)
- Kuat itu mudah. Mengendalikan kekuatan agar tidak digunakan sembarangan ... itu yang susah." (hlm. 166)
- "Jangan menyesali apa yang udah lo lakukan. Berjuang!" (hlm. 167)
- Mungkin memang nggak ada yang sempurna di dunia ini, tapi pasti selalu ada yang terbaik. Sayangnya, watak manusia memang cenderung mencari kesempurnaan." (hlm. 167)
- "Kadang-kadang menentukan besar kecilnya masalah itu adalah bagaimana cara kita menghadapinya." (hlm.168)
Tentang Penulis :
Nama : Amira Budi Mutiara
TTL : Bandung, 1 November 1995
Sekolah : SMAN 1 Cikarang Utara kelas X
Hobi : Melukis dan Fotografi
Cita-cita : Menjadi kriminolog dan bermimpi kuliah di luar negeri
Favorit : Liverpool, penggila manga, dan penikmat hujan.
Dalam membuat novel ini, anak pertama dari pasangan Taufik Budiarjo dan Lela Mutiara ini terinspirasi dari pengalaman pribadinya. Seseorang memberi Amira tiga permintaan untuk dikabulkan. Tapi sampai sekarang, belum semua permintaan itu dipenuhi.
Kalau ingin berkenalan lebih jauh dengan Amira, bisa lewat :
Twitter : @amirabdmtr
Blog : wademir.blogspot.com
Bila ada yang berminat ikut coba klik gambar ini:
Komentar
Posting Komentar