Review : The Hunger Games

Penulis : Suzanne Collins
Alih Bahasa : Hetih Rusli
Tebal : 408 hlm
ISBN : 978-979-22-5075-6
Genre : Action, Drama, Sci-Fi, Thriller
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit pertama kali : Oktober 2009


Maret. Bulan yang menurut saya sangat cocok untuk menampilkan review ini. Karena novel The Hunger Games karya Susanne Collins ini sudah difilmkan dan akan rilis belasan hari lagi, tepatnya tanggal 23 Maret.
Saya baru membaca bab kedua ketika jemari saya tergelitik untuk mendownload trailer film ini. Dan ternyata bayangan saya berbeda jauh dengan apa yang ada di trailer tersebut. Trailernya bisa didownload di sini : http://www.youtube.com/watch?v=4S9a5V9ODuY

Pertama, pagar kawat yang saya bayangkan yang ada di buku sama sekali berbeda dengan yang ada di film. Pagar kawat yang ada di film terlalu mudah ditembus. Dalam bayangan saya, pagar itu lebih rumit dan sangat sulit ditembus oleh warga di distrik 12. Hem... Oke lupakan soal pagar (-_-")

Kedua, ini tentang Peeta Mellark. Saya sih setuju-setuju saja Peeta diperankan oleh Josh Hutcherson. Tapi seandainya saja dia lebih tinggi dari Jennifer Lawrence yang memerankan tokoh Katniss, pasti saya akan lebih terpesona, ce'ile. Bisa dibilang Josh memang pantas memerankan Peeta, dia memiliki karakter yang terkesan romantis dan lembut. Tapi ya tadi, dia kurang tinggi.

Kisah ini menceritakan tentang negara Panem. Sebuah negara dengan Capitol sebagai pusat kota yang dikelilingi oleh dua belas distrik. Karena pemberontakan di masa lalu terhadap Capitol, setiap tahun masing-masing distrik harus mengirim seorang anak perempuan dan anak lelaki untuk bertarung dan ditayangkan secara langsung di acara televisi The Hunger Games. Hanya ada satu pemenang setiap tahun. Tujuannya adalah; membunuh dan dibunuh, dan juga untuk mengingatkan pada semua penduduk Panem bahwa Capitollah yang berkuasa, dan mereka ingin menunjukkan tentang akibat dari pemberontakan yang terdahulu melalui keturunan mereka yang saling membunuh dalam area permainan ini.

Katniss, gadis berusia 16 tahun, tinggal bersama ibunya dan adik perempuannya yang bernama Prim, di wilayah termiskin, di distrik 12. Ia sangat suka berburu di hutan bersama Gale, sahabat karibnya yang diperankan oleh Liam Hemswort. Dan hal itu mengharuskannya melanggar peraturan dan menerobos dari pagar pembatas distrik.



Saat hari pemungutan menjelang The Hunger Games ke-74, pemuda-pemudi berusia dua belas hingga delapan belas tahun digiring menuju arena yang sudah dibatasi berdasarkan usia. Saat nama Primrose Everdeen disebut, Katniss dengan panik segera maju ke depan barisan dan berteriak bahwa ia ingin menggantikan adiknya di the hunger games. Semua orang tercengang dengan tindakan Katniss.
Lelaki terpilih pun diumumkan. Dan Peeta Mellarklah orangnya. Anak laki-laki yang pernah memberinya roti saat ia kelaparan di tengah derasnya hujan. Hal itu membuatnya merasa bahwa dirinya berhutang budi pada Peeta, dan merasa sangat sulit untuk menyadarkan pikirannya bahwa Peeta adalah lawannya di hunger games.

Menonton triler terlebih dulu sebelum membaca novel sampai habis menurut saya sangat merusak imajinasi. Sering kali saya merasa ada hal-hal yang kurang pas mengenai film itu dengan imajinasi saya.

Cerita di novel ini sangat menegangkan, namun ada beberapa bagian yang menurut saya malah terkesan lambat. Menceritakan kegiatan Katniss secara lambat membuat saya terkadang mempercepat membaca karena penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun kelambatan cerita bisa saya maklumi mengingat segi penceritaannya diambil dari sudut pandang orang pertama.

Dari kanan : Peeta, Katniss, Haymitch, Effie Trinket, Cinna.

Hayuh nonton filmnya ya. Eh ada tidak ya yang bermaksud memberikan buntelan novel kedua dan ketiga, karena The Hunger Games ini memang trilogi. Mungkin ada yang mau swap? :D


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] You Are My Moon

Wander Woman

Behind Closed Doors