Review : Blog Galau (My Life Undecided)

Penulis : Jessica Brody
Penerjemah : HP. Melati
Penyunting : Rina Wulandari
Penerbit : Noura Books
ISBN : 978-602-9225-25-9
Cetakan I : Januari 2012
Tebal : 348 hlm

TOLONG BACA BUKU INI!! HIDUPKU TERGANTUNG PADA BUKU INI!!

Baby Brooklyn. Itulah nama tenar yang dimiliki seorang Brooklyn Pierce. Nama itu disematkan padanya setelah sebuah tragedi dramatis yang terjadi di saat ia masih berusia dua tahun. Tragedi galian tambang, nah itulah tepatnya. Ia terjatuh di galian tambang tua dan terperangkap di sana selama lima puluh dua jam, di saat usianya baru dua tahun. Bayangkan, betapa dramatisnya kisah penyelamatan Brooklyn yang disiarkan di setiap berita. Bahkan menurut Wikipedia, seluruh negeri terpaku dan menonton siaran langsung usaha penyelamatannya di televisi, dan yang lebih hebohnya lagi, kisahnya bertengger di dua puluh sampul depan koran dan majalah yang berbeda-beda.

Namun nampaknya kesialan itu pun terbawa sampai usianya menginjak angka ke-15. Ia mengulangi kisah itu lagi. Kisah yang mengharuskan dirinya diselamatkan, namun dengan sebab yang berbeda. Kali ini, ia kembali terkenal akibat membakar rumah contoh milik ibunya. Semenjak saat itulah kehidupan sosialnya semakin memburuk. Shayne, teman sekaligus orang yang mempunyai ide untuk mengadakan pesta di rumah contoh ibunya––sehingga rumah itu terlalap habis oleh api––malah menjauhi dirinya tanpa sebab yang jelas. Ia mengubah semua jadwal pelajarannya hingga ia tak sekelas lagi dengan Brook. Dunia seolah tidak menganggapnya ada semenjak tak ada Shayne di sampingnya. Ia menjadi tak terlihat di sekolah. Lebih buruknya lagi, ia harus menjalani serangkaian hukuman, baik dari pengadilan––menjadi relawan di panti jompo––, maupun dari ibunya––menjadi kuli untuk merenovasi rumah contoh––akibat kebakaran itu.

Kesendirian telah mempertemukannya dengan seorang cowok dari daerah selatan, ketika iya tengah sendiri di satu sudut sekolah. Hunter adalah nama cowok keren berambut pirang gelap, dan bermata biru bak kristal yang berkilauan seperti dua batu safir itu. Ia menawari Brook rokok yang membuatnya ketahuan oleh pihak sekolah dan akhirnya ia diskors. Diskors setelah semua ulah yang ia lakukan tempo hari? Hal itu jelas membuat ibunya memekik, marah besar, dan akhirnya menyita laptop serta layanan internetnya.

Sampai suatu hari, ia bertekad untuk membuat sebuah blog yang nantinya akan ia isi dengan segala kegalauan tingkat dewanya itu. Serta mengadakan voting pada setiap hal yang mengharuskannya untuk memilih. Untuk itu, ia harus berbohong pada orang tuanya bahwa ada tugas sekolah yang harus diselesaikan, dan itu membutuhkan bantuan laptop dan internet.

Hasil voting pertama mengharuskannya untuk tetap makan siang di kantin tanpa mengacuhkan tatapan jijik dan terisolasi dari yang lainnya, dibanding harus bersembunyi di perpustakaan. Ketika ia bertekad menjalankan janjinya untuk selalu melakukan apa saja yang menjadi hasil voting, ia merasa gugup. Dan itu mempengaruhi cara makannya. Ia menelan irisan melon seketika tanpa dikunyah yang membuatnya tersedak hebat hingga hampir tak bisa bernapas. Brian, cowok dari kelompok tim debat, dan kutu bukulah yang menolongnya. Dan ketika di kelas bahasa Inggris, Brian jugalah yang menjadi partnernya ketika membahas buku The Grapes of Wrath––yang juga dipilih oleh pembaca blog––sebagai hasil voting yang ia adakan. Padahal dulu Brian sama sekali tak terlihat di matanya akibat kemilau Shayne yang melapisi dunianya. Kini, Brian menjadi satu-satunya orang yang menyadari keberadaan Brook.

Ada sebuah kejadian dimana Brook harus diselamatkan kembali, dan hal itu membuatnya tenar di sekolah. Apa itu? Baca sendiri! Kemudian Brook yang ikut tim debat bersama Brian. Tantangan Truth dan Dare yang menumbuhkan benih-benih cinta antara Brook dan Brian, yang akhirnya membuat Brook semakin galau demi memilih antara Hunter dan Brian. Serta bagaimana dengan Shayne yang sempat menjerat Brook kembali ke dunia ilusinya, dan menjadikan Brook seperti bonekanya? Temukan semuanya di buku unyu ini.

Sampulnya manis. Bagian yang aku suka dari buku ini adalah ketika Brook mengatakan cinta pada Brian di sebuah restoran di Main Street Diner. Kenekatannya menyatakan cinta dan juga reaksi Brian setelah mengetahui Brook juga mencintainya menurutku sangat manis. Konflik di novel ini juga tidak mengada-ada, terkadang memang terjadi pada hidup siapa saja, tidak hanya remaja. Merasa semua pilihan kita salah setelah kita mendapati hasil dari pilihan itu tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Yang membuat saya kurang nyaman justru pada penggunaan kata well yang terlalu sering, serta penulisan cetak miring di kata-kata yang menurut saya tidak perlu dicetak miring. Seperti di halaman :
(1) ingar-bingar, lagi, apalah
(2) bagus, seperti biasa
(3) dilahirkan, akulah
(7) memang, dan lain-lain

Memang kesannya seperti memberitahukan kepada pembaca bahwa harus ada penekanan ketika membaca kata-kata yang bercetak miring tersebut. Tapi menurut saya itu tidak perlu. Rasanya kok kurang nyaman begitu ya (-_-") Dan lagi di halaman 6, 7, 9, dll, ada kata-kata yang berada di dalam tanda petik, padahal bukan kalimat langsung. *bawel*

Ada beberapa typo yang saya temukan;

"Spektakular" itu seharusnya bukannya "Spektakuler" ya? (19)

"Aku sudah menangani banyak kasus terkait mabuk di bawah umur," Hakim memulai pembacaan keputusannya, semburat garis muncul di dahinya, "tetapi, selama dua puluh lima tahun aku mengabdi di pengadilan ini, aku nggak pernah mmelihat remaja putri yang begitu menge
cewakan, memalukan, dan nggak pantas seperti ini." (22)

Mengenai percakapan langsung di atas, apa tidak sebaiknya kata "nggak" diganti dengan kata "tidak". Mengingat yang berbicara adalah seorang hakim. Dan kata "mengecewakan" sepertinya tidak perlu dipenggal.

"...tugas aku" (54) –– lebih enak dibaca kalau diganti dengan kata "tugasku"

"...kelas aku..." (106) –– lebih enak dibaca kalau diganti dengan kata "kelasku"

"menunjukkkan" (144) –– "menunjukkan"

"mengalamai emosi" (175) –– "mengalami emosi"

"voting sura" (179) –– "voting suara"

"sudah ak" (239) –– "sudah tak"

"ke alam bahwa sadarku..." (323) –– "ke alam bawah sadarku..."

Kutipan favorit :

"Kesalahan dapat diperbaiki. Tapi, keputusan buruk nggak bisa dibatalkan. Rumah contoh bisa dibangun kembali. Dan, kesempurnaan hanyalah kata yang akan membuat dirimu merasa buruk." (312)

Sampul asli


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] You Are My Moon

Wander Woman

Behind Closed Doors