Review : Hotel on the Corner of Bitter and Sweet
Judul: Hotel on the Corner of Bitter and Sweet
Penulis: Jamie Ford
Penerbit: M-Pop (Matahati) / November 2011
Tebal: 398 hlm.
“Berapa lama kau akan menungguku, Henry?”
“Selamanya yang dibutuhkan...”
“Bagaimana kalau aku tetap di sini sampai tua dan ubanan –?”
“Kalau begitu aku akan membawakanmu tongkat.”
Penulis: Jamie Ford
Penerbit: M-Pop (Matahati) / November 2011
Tebal: 398 hlm.
“Berapa lama kau akan menungguku, Henry?”
“Selamanya yang dibutuhkan...”
“Bagaimana kalau aku tetap di sini sampai tua dan ubanan –?”
“Kalau begitu aku akan membawakanmu tongkat.”
Manis dan menyakitkan, kira-kira begitulah gambaran dari kisah ini. Bersetting di Amerika. Diceritakan dengan latar tahun 1942 dan 1986. Henry adalah anak laki-laki berusia 11 tahun. Seorang keturunan Cina yang mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Amerika. Tidak mudah bagi Henry sebagai seorang keturunan Cina, karena tentu wajah orang-orang keturunan Cina amat mirip dengan wajah orang-orang keturunan Jepang . Ayahnya sangat membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan Jepang. Alasannya jelas, karena Jepang telah menghancurkan Cina. Ia sangat mendukung diusirnya rakyat Jepang dari Amerika. Ia tidak memperbolehkan keluarganya berkomunikasi dengan bahasa caton di rumah. Padahal ia sendiri tidak begitu paham bahasa inggris. Di sekolah pun Henry kerap menjadi bulan-bulanan. Ditambah lagi ia wajib memakai bros ‘Aku Orang Cina’ ke manapun ia pergi. Tujuannya adalah agar ia tidak dianggap sebagai orang Jepang. Namun, itu semua semata-mata demi keselamatan Henry.
Sehari-harinya Henry bekerja di dapur sekolah, membantu menyediakan makan siang untuk para siswa. Suatu hari, datanglah gadis cantik bernama Keiko yang juga bekerja di kantin. Dan sejak saat itulah mereka bersahabat. Keiko adalah orang Amerika keturunan Jepang, tapi tetap dianggap orang Jepang di mata banyak orang. Keiko tinggal di kawasan Nihomanchi. Di mata ayah Henry, cinta mereka adalah cinta yang terlarang. Sampai akhirnya ketika Keiko sekeluarga dipaksa untuk tinggal di kamp konsentrasi bersama ribuan warga Amerika keturunan Jepang lainnya dengan dalih untuk keamanan mereka, Henry mencoba bertahan dalam penantian, bahkan ketika lingkungan keluraga dan masyarakat menentangnya, Henry tetap setia menemui Keiko dan sering mengirimkan surat untuknya.
Tapi hubungan ini tidak mulus. Ayah Henry yang mempunyai kuasa di kalangan keturunan Cina menggunakan pengaruhnya untuk menjauhkan Henry dan Keiko. Yang pada akhirnya membuat Henry terpaksa mengalah dan hubungan mereka pun kandas.
Tahun 1986, Henry yang baru saja kehilangan isrtinya karena kanker, lewat di depan hotel Panama yang sedang dibongkar. Hotel Panama ini adalah tempat warga Jepang menyimpan barang-barang mereka sebelum dulu dibawa ke kamp pengungsian. Daripada menghancurkan kenangan mereka, para warga Jepang memilih untuk menyimpannya. Meskipun tak tahu kapan bisa diambil lagi.
Tanpa sengaja, Henry melihat sebuah benda peninggalan Keiko yang membawanya pada kenangan 40 tahun silam. Dan ia pun tergerak untuk mencari potongan kenangan yang lain untuk menemukan cintanya yang telah lama hilang.
Saya memang tidak begitu bisa berkonsentrasi saat membaca buku ini. Jadi saya hanya membaca dan tidak merasakan bagaimana perasaan setiap tokoh yang ada di buku ini. Tugas menggunung membuat saya meng-amueba-kan pikiran saya untuk menyelesaikan semuanya secara bergantian. *malah curhat*
Yang saya tau, ceritanya lebih dominan menceritakan tentang Henry. Banyak fakta di buku ini. Perang Dunia II, kamp pengungsian Jepang, hotel panama, dan penggambaran tentang dampak perang yang saya pikir itu sangat nyata.
Finally, saya beri 3,5 bintang dari 5 bintang. Mungkin saya harus berkonsentrasi penuh untuk membaca buku ini lagi :)
Sehari-harinya Henry bekerja di dapur sekolah, membantu menyediakan makan siang untuk para siswa. Suatu hari, datanglah gadis cantik bernama Keiko yang juga bekerja di kantin. Dan sejak saat itulah mereka bersahabat. Keiko adalah orang Amerika keturunan Jepang, tapi tetap dianggap orang Jepang di mata banyak orang. Keiko tinggal di kawasan Nihomanchi. Di mata ayah Henry, cinta mereka adalah cinta yang terlarang. Sampai akhirnya ketika Keiko sekeluarga dipaksa untuk tinggal di kamp konsentrasi bersama ribuan warga Amerika keturunan Jepang lainnya dengan dalih untuk keamanan mereka, Henry mencoba bertahan dalam penantian, bahkan ketika lingkungan keluraga dan masyarakat menentangnya, Henry tetap setia menemui Keiko dan sering mengirimkan surat untuknya.
Tapi hubungan ini tidak mulus. Ayah Henry yang mempunyai kuasa di kalangan keturunan Cina menggunakan pengaruhnya untuk menjauhkan Henry dan Keiko. Yang pada akhirnya membuat Henry terpaksa mengalah dan hubungan mereka pun kandas.
Tahun 1986, Henry yang baru saja kehilangan isrtinya karena kanker, lewat di depan hotel Panama yang sedang dibongkar. Hotel Panama ini adalah tempat warga Jepang menyimpan barang-barang mereka sebelum dulu dibawa ke kamp pengungsian. Daripada menghancurkan kenangan mereka, para warga Jepang memilih untuk menyimpannya. Meskipun tak tahu kapan bisa diambil lagi.
Tanpa sengaja, Henry melihat sebuah benda peninggalan Keiko yang membawanya pada kenangan 40 tahun silam. Dan ia pun tergerak untuk mencari potongan kenangan yang lain untuk menemukan cintanya yang telah lama hilang.
Saya memang tidak begitu bisa berkonsentrasi saat membaca buku ini. Jadi saya hanya membaca dan tidak merasakan bagaimana perasaan setiap tokoh yang ada di buku ini. Tugas menggunung membuat saya meng-amueba-kan pikiran saya untuk menyelesaikan semuanya secara bergantian. *malah curhat*
Yang saya tau, ceritanya lebih dominan menceritakan tentang Henry. Banyak fakta di buku ini. Perang Dunia II, kamp pengungsian Jepang, hotel panama, dan penggambaran tentang dampak perang yang saya pikir itu sangat nyata.
Finally, saya beri 3,5 bintang dari 5 bintang. Mungkin saya harus berkonsentrasi penuh untuk membaca buku ini lagi :)
Komentar
Posting Komentar